Pengertian Kebahagiaan
Dari
segi etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bahagia
terpecah menjadi tiga kata, yaitu bahagia, membahagiakan, dan kebahagiaan.
Bahagia berarti beruntung, keadaan atau perasaan senang, tenteram (bebas dari
segala yang menyusahkan). Membahagiakan berarti membuat bahagia, sedangkan
kebahagiaan berarti perasaan bahagia, kesenangan, ketenteraman hidup (lahir dan
batin), keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir dan batin.
Menurut Jalaluddin Rahmat, dalam bukunya Renungan-renungan
Sufistik, mengemukakan pengertian bahagia yang berasal dari kalimah bahasa
Arab yaitu sa'adah, yang berarti keberuntungan atau kebahagiaan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bahagia secara etimologi
adalah rasa senang, untung, tenteram dan sejahtera lahir batin.
Sedangkan
pengertian bahagia secara terminologi dapat dilihat dalam berbagai
tulisan, akan tetapi pengertian tersebut hampir sebanyak pemikimya. Perkara ini
bukanlah sesuatu yang mengherankan karena bahagia itu merupakan hal yang
berkaitan dengan perasaaan dan bersifat subjektif. Oleh sebab itu ternyatalah
bahawa tafsiran bahagia adalah berdasarkan konsep dan pemikirannya
masing-masing. Untuk melengkapi kajian ini penulis akan mengemukakan beberapa
pendapat dan pemikiran tentang konsep kebahagiaan secara terminologi. Menurut al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh
Hamka, bahagia tiap-tiap sesuatu adalah bila dirasai nikmat
kelezatannya, dan kelezatan itu adalah menurut tabi’at kejadian masing-masing.
Sedangkan kelezatan hati adalah teguh ma’rifat kepada Allah SWT,
karena hati dijadikan untuk mengingat Allah SWT dan itulah kebahagiaan sejati.
Menurut Abdul Aziz el-Qussy, orang yang sungguh-sungguh
bahagia adalah orang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan selalu berusaha
mencapai tujuan tertentu yang mulia dan dorongan-dorongannya tidak bertentangan
dengan kemanusiaan.Dalam
hal ini dibutuhkan usaha untuk melaksanakan ide yang mulia yang tidak
bertentangan dengan kepentingan masyarakat dan usaha ini merupakan ketinggian
integritas akhlak.
Menurut Leo Tolstoy, seorang
pujangga Rusia (1818 - 1910) sebagaimana dijelaskan oleh Hamka dalam Tasawuf
Moden, bahwa bahagia itu terbagi kepada dua, yaitu bahagia untuk dirinya
sendiri dan bahagia untuk bersama, bahagia
untuk diri sendiri sulit untuk dicapai karena tidak melalui pergaulan dengan
masyarakat. Dengan
adanya hubungan bermasyarakat akan timbul rasa untuk saling tolong-menolong
antara sesama manusia, karena hubungan antara satu dengan yang lainnya tidak
dapat diputuskan. Manusia adalah makhluk yang lemah dan tidak dapat hidup
sendiri. Dengan kata lain, manusia dalam mengharungi bahtera kehidupan saling
membutuhkan antara satu dengan lainnya. Sedangkan bahagia untuk bersama adalah
mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri. Dengan dasar inilah
kebahagiaan dapat ditegakkan dalam masyarakat. Setelah adanya kebahagiaan dalam
masyarakat, baru sempurna kebahagiaan pada diri sendiri.
Menurut
Hamka kebahagiaan ialah sesuatu kesenangan yang dicapai oleh setiap orang
menurut kehendak masing-masing, dan kesenangan itu merupakan tujuan setiap
orang. Di samping itu, lebih lanjut dikatakan Hamka bahagia yang sempurna
tersusun dari beberapa unsur yaitu: .
1. Badan sehat, panca
indera cukup
2. Cukup kekayaan; suka
menoiong fakir miskin, menunjukkan jasa
baik
kepada sesama manusia, sehingga beroleh nama baik
3. Indah sebutan di
antara manusia, terpuji dan dermawan, serta
setiawan
dan ahli pikir. Tercapai cita-cita dalam hidup
4. Tajam pikiran, sempurna
kepercavaan dalam beragama dan
terhindar
dari kesalahan.
Berdasarkan pemikiran di atas, yang dimaksud Hamka
adalah, urut-urutan untuk mencapai kebahagiaan jiwa, diawali oleh
kebahagiaan badan, seperti penglihatan yang terang, pendengaran nyaring,
penciuman tajam, perasaan halus dan berbadan sehat. Lalu diikuti oleh
unsur-unsur lainnya seperti harta benda yang cukup, indah budi bahasa, cita-cita
yang tinggi dan daya pikir yang tajam. Sedangkan menurut Naquib al-Attas,
kebahagiaan adalah sesuatu perkara yang mempunyai hubungan kuat antara dunia
dan akhirat, ianya terdiri dari tiga peringkat, dua daripadanya melibatkan
hidup didunia ini dan satu lagi
diakhirat
Beranjak dari pengertian di atas dapat dipahami,
bahwa istilah kebahagiaan dan kelazatan adalah berdasarkan kepada tabi’at
kejadian masing-masing dan dapat dirasakan oleh setiap anggota badan manusia,
kenikmatan, kelazatan dan kesenangan yang dirasakan tersebut seperti
nikmat mata melihat rupa yang indah, nikmat telinga mendengar sesuatu yang
merdu, dan nikmat anggota badan lainnya. Hal ini merupakan kenikmatan dan kelezatan yang hanya
bersifat sementara. Sedangkan kenikmatan dan kelezatan sejati adalah yang
dirasakan oleh hati, yakni teguh makrifat kepada Allah. Kelazatan hati terletak
pada kesempurnaan iman dan ibadah. Dengan demikian, setiap manusia akan
berusaha mencari dan meraih kebahagiaan yang hakiki, yaitu terdapatnya
ketenangan jiwa.
Setiap
orang yang beriman ingin menemui kebahagiaan dan akan dapat memperoleh
keinginan tersebut. Kebahagiaan dan ketenangan batin itu diberikan oleh Allah
SWT tanpa memandang miskin atau kayanya seseorang, tetapi kepada orang yang
beriman dan beramal soleh dan selalu mengerjakan yang disuruh Allah SWT dan
meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Oleh karena itu, orang yang rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada
Allah akan dapat menikmati kedamaian dan ketenangan dalam hidup serta menemukan
kebahagiaan yang sesungguhnya. Akan tetapi, harta yang banyak, pangkat yang
tinggi atau kekuasaan yang tinggi tidak menjamin seseorang untuk rnenemukan
ketenangan batin. Hal ini dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari
seperti orang kaya tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya karena dihantui
oleh perasaan takut, seperti takut dirampok, hilang, habis dan sebagainya.
Begitu juga dengan pangkat dan kedudukan akan dapat membawa seseorang kepada
kegelisahan dan bahkan pembunuhan.